Kebutuhan tempat tinggal, tidak bisa disangkal lagi,
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap orang agar bisa
hidup layak dan nyaman. Akan tetapi, tidak semua orang mampu memenuhi kebutuhan
tersebut seketika dengan keringatnya sendiri kendati sudah berkeluarga bahkan telah beranak pinak, meskipun punya
uang banyak tapi tidak tahu
caramengatur keuangan yang baik. Bahkan sebagian orang mungkin masih tinggal di
rumah orang tua atau mertua. Ada yang terpaksa menumpang karena belum mampu
membeli rumah, ada pula yang memilih tinggal bersama orang tua karena alasan
khusus. Sebagian yang lain, mungkin masih menikmati tinggal di rumah dinas.
Nah, apakah Anda termasuk salah satu dari kelompok tersebut?
Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt Financial
Planning, menilai, ketika kita masih tinggal di rumah dinas atau menumpang
rumah mertua, acap kita terlena alias terlalu nyaman sehingga lupa dengan
kebutuhan atas rumah pribadi. Maklum, menumpang tinggal di rumah dinas dan
rumah mertua kebanyakan gratis. Kalaupun ada pengeluaran terkait rumah seperti
listrik atau air, sifatnya adalah pengeluaran operasional yang nominalnya
relatif tidak besar.
Gaya hidup masih belum terpapas penghematan, tiba-tiba anak
pertama lahir disambung anak berikutnya. Alih-alih menyisihkan penghasilan
untuk pembelian rumah, kocek Anda mungkin sudah keburu kering dibelanjakan demi
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tuntutan gaya hidup. Jika sudah begitu,
bukan mustahil hingga usia senja kelak, Anda tidak juga mampu memiliki rumah
sendiri meski penghasilan dan gaya hidup terbilang besar. Anda tentu tidak ingi
cerita akhir seperti itu terjadi. Bagaimanapun, tinggal di rumah yang dibeli
dengan keringat sendiri akan terasa lebih nyaman dan membanggakan.
Bila demikian, saatnya bagi Anda untuk mulai memikirkan
strategi pembelian rumah sendiri. Ingat, harga rumah sulit turun. Silakan simak
saran dan trik dari para perencana keuangan berikut ini:
1. Tetapkan tujuan
Menetapkan tujuan bersama jadi langkah awal yang perlu Anda
tempuh. Bicarakan dengan pasangan tentang rencana membeli rumah sendiri.
“Pasangan suami istri harus kompak untuk mengumpulkan dana pembelian rumah,”
kata Mike Rini, perencana keuangan dan Chief Executive Officer MRE Financial
& Business Advisory. Dalam perencanaan keuangan, sebuah tujuan seperti
pembelian rumah harus spesifik. Misalnya, kapan dana pembelian akan digunakan,
lalu hendak membeli rumah atau apartemen, metode pembelian apakah tunai bertahap
atau lewat fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) dari perbankan. Kemudian,
kisaran harga rumah yang diincar berikut lokasi rumah, dan sebagainya. Tujuan
keuangan yang spesifik akan membuat Anda lebih bersemangat dalam mewujudkannya.
2. Periksa kantong
Setelah mantap merencanakan pembelian rumah, saatnya
menyusun strategi pengumpulan dana. Tapi, sebelum ke sana, Anda perlu melihat
kemampuan kantong. Seberapa besar kemampuan kocek Anda dalam membeli rumah?
Pastikan beban utang-utang konsumtif seperti kartu kredit sudah Anda bereskan,
kuasai cara mengatur keuangan keluarga.
Tujuannya, agar ruang fiskal di kantong lebih lega tanpa beban utang konsumtif.
Periksa juga pos-pos pengeluaran. Menghemat pengeluaran yang bisa dihemat agar
dana yang Anda sisihkan untuk pembelian rumah bisa lebih banyak. Jangan sampai
terjadi
malapetaka jika tidak mengaturkeuangan.
Memeriksa kesehatan kantong juga penting untuk menilai jenis
properti yang mampu Anda beli. Tidak perlu memaksakan diri membeli yang jauh di
atas kemampuan kantong yang sebenarnya. Terlebih jika Anda membeli melalui
skema KPR dengan masa cicilan hingga puluhan tahun.
3. Skema pembelian
Harga rumah tidak murah. Mengumpulkan dana sekian ratus juta
bahkan mungkin lebih mustahil bisa dilakukan dengan cepat apabila posisi Anda
adalah karyawan bergaji bulanan kelas menengah. Akan tetapi, dengan kemampuan
finansial yang terbatas, memiliki rumah bukanlah hal mustahil. Anda bisa
memanfaatkan KPR dari perbankan sebagai skema pembelian rumah. Apabila memilih
KPR, fokus pengumpulan dana pembelian bisa dipersempit sebesar dana uang muka
atau down payment (DP). Besar DP umumnya sekitar 30% dari harga rumah. Pastikan
juga kantong Anda mampu untuk menanggung cicilan bulanan KPR kelak. Maksimal
beban total tanggungan utang, termasuk utang kartu kredit, adalah 30% dari
penghasilan.
“KPR merupakan salah satu jenis utang produktif yang
menguntungkan,” imbuh Budi. Akan tetapi, jika kantong cukup tebal, Anda bisa
menimbang pembelian properti dengan cicilan bertahap ke pengembang. Banyak
developer menawarkan pembelian rumah dengan skema cicilan 12 kali hingga 36
kali. Besar bunga dari developer biasanya lebih kecil daripada bunga KPR bank.
4. Menabung atau investasi?
Pandji Harsanto, perencana keuangan independen, berpendapat,
apabila target pembelian rumah adalah dua tahun mendatang, kumpulkan dananya di
tabungan saja karena risikonya minim. Anda bisa memindahkannya ke deposito yang
berbunga lebih tinggi ketimbang tabungan biasa, saat dana telah mencapai
nominal tertentu. Pilih tenor deposito sesuai dengan target waktu penggunaan
dana. Akan tetapi, jika target pemakaian dana di atas 5 tahun, lebih baik
berinvestasi saja. “Dengan investasi, ada harapan dana berkembang dan tidak
tergerus inflasi,” imbuh Budi.
Umumnya orang menabung dana pembelian rumah dalam jangka
pendek-menengah antara 3 tahun hingga 5 tahun. Sebagai contoh, Anda ingin
membeli rumah seharga Rp 800 juta saat ini, empat tahun lagi. Jadi, Anda harus
menyiapkan DP sekitar Rp 240 juta. Dengan asumsi inflasi harga properti 15% per
tahun, maka besar DP tahun 2018 mencapai Rp 419,76 juta. Kebutuhan dana sebesar
itu bisa terkumpul dengan menyisihkan dana Rp 5,06 juta per bulan selama empat
tahun, di instrumen investasi dengan return 25% per tahun.
Nah, bagaimana jika Anda ingin mengejar pembelian rumah
sekarang karena menimbang risiko inflasi, Akan tetapi dana DP belum cukup?
Bolehkah berutang untuk menutupnya? Pandji menilai, berutang untuk menutup
kebutuhan DP boleh ditempuh hanya jika beban cicilannya mampu Anda tanggung
berikut cicilan KPR kelak. Ingat rumus penting: total beban utang tidak boleh
lebih dari 30% dari penghasilan. Upayakan mencari pinjaman lunak tanpa bunga
dari pemberi kerja atau kerabat. Alternatif lain, saran Mike, carilah unit
rumah yang DP-nya bisa dicicil.
“Biasanya, proyek rumah yang masih inden memberi fasilitas
cicil DP,” kata Mike. Akan tetapi, ingat, membeli properti inden juga memiliki
risiko wanprestasi jika reputasi developer kurang bagus. Pilih properti dari
pengembang tepercaya agar lebih aman.
5. Siap-siap biaya
lain
Membeli rumah melahirkan rentetan biaya lain yang juga perlu
disiapkan dananya, antara lain, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB), biaya provisi, biaya administrasi, biaya notaris, biaya appraisal,
kemudian asuransi kebakaran. “Juga ada biaya balik nama antara Rp 3 juta hingga
Rp 5 juta,” ungkap Mike.
Yang tak kalah penting, pilih rumah yang cukup dekat dengan fasilitas
publik, seperti KRL, pasar, dan rumah sakit. Juga, tidak perlu tergiur tawaran
pembelian properti berhadiah langsung. “Karena, tidak ada makan siang gratis,”
tegas Mike. Nah, kini, saatnya Anda menyusun strategi sendiri.