Cara Mengatur Keuangan Untuk Ibu Rumah Tangga

Peran seorang ibu rumah tangga sangat vital dalam keluarga. Sebagai seorang ibu, Anda diharuskan untuk multi-tasking, mulai dari pengurus dan pelindung anak-anak, pendamping suami yang cekatan, dan manajer dalam urusan rumah tangga yang pandai soal mengatur keuangan rumah tangga dan pengeluaran.
Mengatur keuangan dalam sebuah rumah tangga tidaklah semudah membalikkan tangan. Terutama, bila pendapatan hanya berasal dari satu pintu, alias cuma dari suami, sedangkan kebutuhan cukup banyak.
Salah-salah Anda mengatur, bisa membuat dana tidak cukup dan akibatnya keuangan rumah tangga goyang.

Sebagai ibu rumah tangga, Anda harus melakukan perencanaan yang jitu dan strategi sebagaimana direkomendasikan beberapa tips di bawah ini:

1. Buat perencanaan keuangan

Banyak ibu rumah tangga yang sepele dengan perencanaan keuangan atau menganggap perencanaan keuangan hanyalah milik para direktur perusahaan. Padahal perencanaan keuangan bisa mendeteksi apakah pengaturan  keuangan mereka sudah tepat, dan juga pos-pos yang harus dipangkas untuk menghemat anggaran keuangan rumah tangga.

2. Mengelola uang untuk jangka panjang

Para ibu rumah tangga, ayo ubah paradigma berpikir untuk mengelola uang dalam jangka pendek. Mulailah berpikir bagaimana mengelola uang dalam jangka panjang.
Pastikan Anda tidak berpikir secara hari ke hari, tetapi juga tahun ke tahun. Termasuk, menyisihkan sebagian uang belanja untuk investasi seperti reksadana, atau emas.

3. Belanja sesuai prioritas

Terkadang para ibu tergoda dengan diskon aduhai yang ditawarkan saat berbelanja. Usahakan Anda tidak tergoda dengan hal-hal seperti ini, misalnya tawaran membeli empat liter minyak goreng dengan diskon dibanding dua liter minyak goreng tanpa diskon.
Secara selintas memang lebih murah, tetapi kalau dipikir-pikir Anda mengeluarkan uang tambahan yang seharusnya dialokasikan ke tempat lain.
Hindari berutang

Keuangan yang sehat dapat dimulai dari hal sederhana, yaitu tidak berutang. Jangan pernah terjebak dengan pembelian secara kredit, karena itu berarti utang. Hindari hal tersebut, karena sekali Anda melakukannya, Anda akan ketagihan untuk berutang terus menerus. Daripada berutang, lebih baik Anda menunda keinginan sambil mulai menabung.

Cara Membeli Rumah Dari Menumpang

Kebutuhan tempat tinggal, tidak bisa disangkal lagi, merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap orang agar bisa hidup layak dan nyaman. Akan tetapi, tidak semua orang mampu memenuhi kebutuhan tersebut seketika dengan keringatnya sendiri kendati sudah berkeluarga  bahkan telah beranak pinak, meskipun punya uang banyak tapi tidak tahu caramengatur keuangan yang baik. Bahkan sebagian orang mungkin masih tinggal di rumah orang tua atau mertua. Ada yang terpaksa menumpang karena belum mampu membeli rumah, ada pula yang memilih tinggal bersama orang tua karena alasan khusus. Sebagian yang lain, mungkin masih menikmati tinggal di rumah dinas. Nah, apakah Anda termasuk salah satu dari kelompok tersebut?

Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt Financial Planning, menilai, ketika kita masih tinggal di rumah dinas atau menumpang rumah mertua, acap kita terlena alias terlalu nyaman sehingga lupa dengan kebutuhan atas rumah pribadi. Maklum, menumpang tinggal di rumah dinas dan rumah mertua kebanyakan gratis. Kalaupun ada pengeluaran terkait rumah seperti listrik atau air, sifatnya adalah pengeluaran operasional yang nominalnya relatif tidak besar.

Gaya hidup masih belum terpapas penghematan, tiba-tiba anak pertama lahir disambung anak berikutnya. Alih-alih menyisihkan penghasilan untuk pembelian rumah, kocek Anda mungkin sudah keburu kering dibelanjakan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tuntutan gaya hidup. Jika sudah begitu, bukan mustahil hingga usia senja kelak, Anda tidak juga mampu memiliki rumah sendiri meski penghasilan dan gaya hidup terbilang besar. Anda tentu tidak ingi cerita akhir seperti itu terjadi. Bagaimanapun, tinggal di rumah yang dibeli dengan keringat sendiri akan terasa lebih nyaman dan membanggakan.

Bila demikian, saatnya bagi Anda untuk mulai memikirkan strategi pembelian rumah sendiri. Ingat, harga rumah sulit turun. Silakan simak saran dan trik dari para perencana keuangan berikut ini:

 1. Tetapkan tujuan

Menetapkan tujuan bersama jadi langkah awal yang perlu Anda tempuh. Bicarakan dengan pasangan tentang rencana membeli rumah sendiri. “Pasangan suami istri harus kompak untuk mengumpulkan dana pembelian rumah,” kata Mike Rini, perencana keuangan dan Chief Executive Officer MRE Financial & Business Advisory. Dalam perencanaan keuangan, sebuah tujuan seperti pembelian rumah harus spesifik. Misalnya, kapan dana pembelian akan digunakan, lalu hendak membeli rumah atau apartemen, metode pembelian apakah tunai bertahap atau lewat fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) dari perbankan. Kemudian, kisaran harga rumah yang diincar berikut lokasi rumah, dan sebagainya. Tujuan keuangan yang spesifik akan membuat Anda lebih bersemangat dalam mewujudkannya.

2. Periksa kantong

Setelah mantap merencanakan pembelian rumah, saatnya menyusun strategi pengumpulan dana. Tapi, sebelum ke sana, Anda perlu melihat kemampuan kantong. Seberapa besar kemampuan kocek Anda dalam membeli rumah? Pastikan beban utang-utang konsumtif seperti kartu kredit sudah Anda bereskan, kuasai cara mengatur keuangan keluarga. Tujuannya, agar ruang fiskal di kantong lebih lega tanpa beban utang konsumtif. Periksa juga pos-pos pengeluaran. Menghemat pengeluaran yang bisa dihemat agar dana yang Anda sisihkan untuk pembelian rumah bisa lebih banyak. Jangan sampai terjadi malapetaka jika tidak mengaturkeuangan.
Memeriksa kesehatan kantong juga penting untuk menilai jenis properti yang mampu Anda beli. Tidak perlu memaksakan diri membeli yang jauh di atas kemampuan kantong yang sebenarnya. Terlebih jika Anda membeli melalui skema KPR dengan masa cicilan hingga puluhan tahun.

 3. Skema pembelian

Harga rumah tidak murah. Mengumpulkan dana sekian ratus juta bahkan mungkin lebih mustahil bisa dilakukan dengan cepat apabila posisi Anda adalah karyawan bergaji bulanan kelas menengah. Akan tetapi, dengan kemampuan finansial yang terbatas, memiliki rumah bukanlah hal mustahil. Anda bisa memanfaatkan KPR dari perbankan sebagai skema pembelian rumah. Apabila memilih KPR, fokus pengumpulan dana pembelian bisa dipersempit sebesar dana uang muka atau down payment (DP). Besar DP umumnya sekitar 30% dari harga rumah. Pastikan juga kantong Anda mampu untuk menanggung cicilan bulanan KPR kelak. Maksimal beban total tanggungan utang, termasuk utang kartu kredit, adalah 30% dari penghasilan.

“KPR merupakan salah satu jenis utang produktif yang menguntungkan,” imbuh Budi. Akan tetapi, jika kantong cukup tebal, Anda bisa menimbang pembelian properti dengan cicilan bertahap ke pengembang. Banyak developer menawarkan pembelian rumah dengan skema cicilan 12 kali hingga 36 kali. Besar bunga dari developer biasanya lebih kecil daripada bunga KPR bank.

 4.  Menabung atau investasi?

Pandji Harsanto, perencana keuangan independen, berpendapat, apabila target pembelian rumah adalah dua tahun mendatang, kumpulkan dananya di tabungan saja karena risikonya minim. Anda bisa memindahkannya ke deposito yang berbunga lebih tinggi ketimbang tabungan biasa, saat dana telah mencapai nominal tertentu. Pilih tenor deposito sesuai dengan target waktu penggunaan dana. Akan tetapi, jika target pemakaian dana di atas 5 tahun, lebih baik berinvestasi saja. “Dengan investasi, ada harapan dana berkembang dan tidak tergerus inflasi,” imbuh Budi.

Umumnya orang menabung dana pembelian rumah dalam jangka pendek-menengah antara 3 tahun hingga 5 tahun. Sebagai contoh, Anda ingin membeli rumah seharga Rp 800 juta saat ini, empat tahun lagi. Jadi, Anda harus menyiapkan DP sekitar Rp 240 juta. Dengan asumsi inflasi harga properti 15% per tahun, maka besar DP tahun 2018 mencapai Rp 419,76 juta. Kebutuhan dana sebesar itu bisa terkumpul dengan menyisihkan dana Rp 5,06 juta per bulan selama empat tahun, di instrumen investasi dengan return 25% per tahun.

Nah, bagaimana jika Anda ingin mengejar pembelian rumah sekarang karena menimbang risiko inflasi, Akan tetapi dana DP belum cukup? Bolehkah berutang untuk menutupnya? Pandji menilai, berutang untuk menutup kebutuhan DP boleh ditempuh hanya jika beban cicilannya mampu Anda tanggung berikut cicilan KPR kelak. Ingat rumus penting: total beban utang tidak boleh lebih dari 30% dari penghasilan. Upayakan mencari pinjaman lunak tanpa bunga dari pemberi kerja atau kerabat. Alternatif lain, saran Mike, carilah unit rumah yang DP-nya bisa dicicil.

“Biasanya, proyek rumah yang masih inden memberi fasilitas cicil DP,” kata Mike. Akan tetapi, ingat, membeli properti inden juga memiliki risiko wanprestasi jika reputasi developer kurang bagus. Pilih properti dari pengembang tepercaya agar lebih aman.

 5. Siap-siap biaya lain

Membeli rumah melahirkan rentetan biaya lain yang juga perlu disiapkan dananya, antara lain, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), biaya provisi, biaya administrasi, biaya notaris, biaya appraisal, kemudian asuransi kebakaran. “Juga ada biaya balik nama antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta,” ungkap Mike.
Yang tak kalah penting, pilih rumah yang cukup dekat dengan fasilitas publik, seperti KRL, pasar, dan rumah sakit. Juga, tidak perlu tergiur tawaran pembelian properti berhadiah langsung. “Karena, tidak ada makan siang gratis,” tegas Mike. Nah, kini, saatnya Anda menyusun strategi sendiri.
Powered by Blogger.